Ditulis Oleh: Raissa Rahmadea
Disunting Oleh: Fauzan Abdul & Adara Zalikha
Ilustrasi Oleh: Bima Oktavian
Indonesia Emas 2045, sebuah analogi akan utopia di masa mendatang yang hidup dalam pikiran rakyat tentang kondisi negerinya. Indonesia Emas, negara maju yang didukung oleh warga negara yang maju pula. Segala perubahan besar berasal dari sumber yang paling mendasar. Hal fundamental untuk memajukan, dan mempertahankan kemajuan, suatu negara dimulai dari perbaikan pola pikir dalam masing-masing rakyatnya.
Setiap orang terlahir dalam lingkungannya masing-masing. Tidak bisa dimungkiri bahwa lingkungan tersebut turut memengaruhi sebagian besar perspektif dan keputusan yang diambil seseorang selama masa hidupnya. Akan tetapi, setiap insan diberkati dengan rasa keingintahuan dan kebutuhan untuk menuntut ilmu. Akan ada masanya ketika suatu individu dituntut untuk mencari kebenaran maupun pembenaran akan apa yang selama ini ia percayai. Segala paradigma yang terbentuk atas konstruksi sosial tidak seharusnya membatasi seseorang dalam mencari kebenaran atas suatu hal menurut versinya.
Pendidikan membangun pola pikir. Modal utama majunya suatu negara dapat tercermin dari kondisi pendidikannya. Pendidikan seharusnya melahirkan kader-kader yang kompeten dalam bidangnya dan mampu menyumbang manfaat dari keahliannya tersebut. Bagaimana bentuk pendidikan yang dapat menjadi kunci lahirnya suatu peradaban yang lebih baik?
Menurut Immanuel Kant, seorang filsuf berkebangsaan Jerman, filsafat adalah dasar dari semua pengetahuan dalam meliput isu-isu epistemologi (filsafat pengetahuan) yang menjawab pertanyaan tentang apa yang dapat kita ketahui. Berdasarkan definisi tersebut, dapat diartikan bahwa filsafat mendorong seseorang untuk bertanya dan mencari jawaban atas suatu hal hingga sampai pada titik yang paling mendasar. Menurut Suriasumantri (2007) dalam Sunarto (2017), filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Dalam era sekarang, tidak banyak anak muda maupun kaum terpelajar yang mendalami filsafat ilmu. Kenyataannya, filsafat ilmu adalah medium ideal untuk menguasai bidang ilmu yang digeluti oleh seseorang secara optimal. Hal ini disebabkan karena dengan belajar filsafat ilmu, seorang individu akan sekaligus belajar tentang bagaimana cara memecahkan masalah dengan pemikiran yang kritis. Tidak hanya berlaku untuk mahasiswa, pengenalan filsafat bahkan bisa mulai diterapkan sejak sedini mungkin. Anak-anak memiliki pandangan yang segar terhadap dunia dengan rasa keingintahuan tinggi. Pembiasaan untuk berpikir secara rasional dan kritis akan membangun pola pikir seorang individu yang cerdas.
Apa relevansi antara filsafat ilmu dengan kondisi negara saat ini? Indonesia terdiri atas masyarakat multikultural yang menyebabkan timbulnya berbagai pandangan yang berbeda. Seperti yang sudah disebutkan dalam paragraf isi awal, seseorang cenderung untuk berpihak pada perspektif yang dianut oleh lingkup kehidupannya. Akan tetapi, keberagaman yang ada pada bangsa ini tidak menutup kemungkinan akan terjadinya selisih paham antar golongan. Dengan pola pikir rasional dan kritis, masyarakat tidak akan secara mentah-mentah memercayai berbagai dogma dan stigma yang beredar. Masyarakat akan lebih membuka pikirannya dan melihat dunia tidak hanya terbatas oleh satu sudut pandang saja.
Filsafat ilmu juga turut memengaruhi kemajuan suatu bangsa. Dengan menerapkan pembelajaran filsafat ilmu dalam kurikulum pendidikan, pelajar akan lebih tertarik dan menghargai disiplin ilmu yang digelutinya. Dengan tunjangan ketiga pilar filsafat ilmu (ontologis, epistemologis, dan aksiologis), dapat tercipta pendidikan yang mendidik dan memberdayakan pelajar. Alih-alih hanya menyampaikan teori-teori yang minim nilai praktis dan hanya berorientasi pada ijazah. Tingginya minat pelajar terhadap bidang ilmu yang didalamnya akan mendorong lahirnya berbagai karya ilmiah dan temuan yang akan berguna dalam pembangunan.
Sumber: The Brundtland Commsission of The United Nations dalam Sunarto (2017)
Indonesia menganut sistem demokratis. Hal ini memungkinkan setiap rakyat memiliki andil dalam menentukan haluan pemerintahan. Pemikiran kritis akan memicu kepekaan terhadap berbagai permasalahan dan solusi atas permasalahan tersebut. Rakyat cerdas menghasilkan pemerintahan yang cerdas, yang nantinya akan melahirkan kebijakan-kebijakan efektif dan tepat sasaran.
Pelaksanaan pembelajaran filsafat ilmu dalam kurikulum tidaklah mustahil untuk diterapkan. Indonesia tidak melaksanakan kurikulum yang mencakup filsafat ilmu, pelajaran filsafat ilmu akan diadakan saat seseorang sudah menjadi mahasiswa. Di Indonesia sendiri, filsafat ilmu ada di International Baccalaureate program dengan nama ‘Theory of Knowledge’. Perlu diingat bahwa International Baccalaureate hanya tersedia di beberapa sekolah internasional swasta. Tetapi, negara lain seperti Perancis sudah menerapkan mata pelajaran filsafat ilmu dari sejak tahap SMA umum. Modal yang diperlukan hanyalah kerelaan hati untuk meninggalkan kebiasaan lama dan memasuki pola kehidupan baru. Masyarakat juga harus siap apabila nantinya menemukan fakta baru, mematahkan fakta yang selama ini dianut bersama. Perumusan model kurikulum dengan pendekatan filsafat ilmu yang efektif sudah menjadi komponen mendasar dalam menyokong terwujudnya Indonesia Emas 2045.
Indonesia Emas 2045 dapat menjadi kenyataan apabila didukung oleh pemikiran-pemikiran emas pula. Pembelajaran dengan pendekatan filsafat ilmu akan menunjang lahirnya pemikiran yang rasional dan kritis dalam menyikapi berbagai permasalahan yang akan dihadapi oleh negara kedepannya. Karakter warga negara tersebut dibutuhkan mengingat kondisi Indonesia yang menganut sistem demokratis dengan masyarakat multikultural. Revolusi pendidikan ini diharapkan dapat menjadi pembuka jalan dalam pembangunan berbagai bidang untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
REFERENSI
Prof. Dr. Sunarto, M. (2017). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Suriasumantri, J. S. (2007). Filsafat Ilmu (Sebuah Pengantar Populer). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.