Bagaimana Komunitas Seni Bertahan di Tengah Pandemi

Pandemi COVID-19 telah menjadi sebuah fenomena yang menyebabkan banyaknya perubahan pada gaya hidup kita semua.  Tetapi harus diingat, bahwa seni merupakan salah satu elemen penting dari kultur dan kehidupan kita sebagai manusia. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang melarang diadakannya perkumpulan orang telah memengaruhi masyarakat Indonesia dalam berbagai aspek yang berbeda. Sekelompok orang yang telah cukup merasakan dampak dari PSBB adalah komunitas seni, yang tidak bisa lagi berkumpul ataupun mengadakan penampilan seperti sebelum pandemi memulai. Segala bentuk kegiatan yang tadinya dapat dilaksanakan secara tatap muka harus dirombak lagi untuk menyesuaikan dengan pemberlakuannya PSBB. Tentu saja, PSBB mempunyai dampak yang cukup besar bisa dirasakan oleh beberapa bisnis secara finansial, maupun emosional. Apalagi untuk komunitas-komunitas yang bergantung kepada pertunjukan dan pameran mereka sebagai sumber penghasilan utama mereka.

Salah satu bisnis yang menjadi wadah komunitas seni tersebut adalah Kios Ojo Keos. Kios Ojo Keos adalah sebuah tempat yang memberi kesempatan untuk bermusik, berbagi dan berdiskusi, serta melakukan hal yang positif dan menyenangkan bagi para pengunjung. Misi mereka adalah mendekatkan jarak antara pecinta musik dengan buku dan berbagai aktivisme sehingga menumbuhkan komunitas yang kreatif, inovatif, dan berdaya baik secara sosial maupun ekonomi. Kios Ojo Keos memiliki jumlah partisipasi yang cukup banyak pada kalangan remaja dalam ranah diskusi musik, film, maupun aktivitas lainnya. Sejak Maret 2020, Kios Ojo Keos memilih untuk menutup pintu yang sampai sekarang belum terbuka untuk para seniman. 

Kami sempat berbincang dengan Muhammad Asranur, salah satu anggota komunitas Kios Ojo Keos, seputar dampak dan bentuk adaptasi yang harus dilakukan akibat dari pandemi COVID-19. Dampak terbesar pandemi COVID-19 terhadap Kios Ojo Keos adalah ketidakmungkinan mereka untuk mengadakan acara-acara offline yang sebelumnya diadakan selama dua minggu sekali di lokasi kios. Walau begitu susah untuk bertemu langsung, Asra juga menjelaskan bahwa mereka masih beruntung karena dapat memindahkan acara-acara tersebut secara daring. Ia juga melihat beberapa sisi positif lain dari situasi ini.

Tapi ada berkahnya sebenarnya karena walaupun kita tutup, kita bisa fokus ke hal lain yang selama ini belum kepegang, misalnya kita akhirnya bisa fokus ke jual-beli online kita,” kata Asra.

Namun, hal yang mengkhawatirkan adalah kurangnya peran dan dukungan pemerintah terhadap komunitas-komunitas seni tersebut.

“Dari sebelum pandemi, tidak ada bantuan atau subsidi dari pemerintah. Kalau kolaborasi mungkin banyak dengan berbagai pihak ya, tapi tidak pernah dengan pemerintah,” jelas Asra.

Hal ini sangat memprihatinkan karena komunitas seni yang tergolong underfunded akan jadi salah satu komunitas yang paling terkena dampak finansial serius dari COVID-19. Komunitas-komunitas seni harus terus menyokong bisnis mereka secara independen tanpa bantuan dari pihak ketiga, contohnya  pemerintah. Sampai akhirnya, komunitas-komunitas seni se-Indonesia pun mengadakan sebuah diskusi mengenai penyikapan pandemi ini.

“Kami sempat melakukan diskusi dengan komunitas-komunitas seni se-Indonesia mengenai bagaimana cara menyikapi pandemi ini karena ada beberapa dari komunitas tersebut akan tutup jika tidak mendapat bantuan jangka pendek secara finansial dalam waktu dekat, ” kata Asra.

Walaupun di masa pandemi, komunitas seni masih mempunyai rasa kebersamaan yang terlihat dari penyaluran aspirasi mereka yang tidak terhambat untuk mengadakan kegiatan-kegiatan. Band-band tentu saja tidak dapat berkumpul, tetapi pertunjukan mereka masih dapat disaksikan secara online melalui Instagram. Namun, tentu saja beberapa seniman ini masih bercerita mengenai rasa kangen-nya untuk berkumpul bersama dan merasakan atmosfer bermusik bersama. Sayangnya, rasa kangen ini tidak dapat terobati dalam waktu dekat karena Kios Ojo Keos hanya  akan membuka kembali pintunya begitu angka kasus COVID-19 sudah menurun.

“Hal ini untuk kepentingan bersama. Karena kita juga berpikir bahwa kita bisa melakukan hal ini dengan online” tutur Asra.

Tentu saja, PSBB dan Covid-19 menyebabkan beberapa halangan untuk para seniman Indonesia. Namun, dengan banyaknya waktu luang yang ada karena work from home, pandemi ini juga mendorong komunitas seni untuk tetap berkarya. Terlihat dari beberapa kolaborasi online seperti cover Isn’t She Lovely oleh Indra Lesmana, para seniman bahkan mempunyai wawasan yang lebih luas dan bisa melakukan hal-hal yang cenderung bersifat inovatif. Bukan hanya itu saja, dalam masa yang cukup sulit seperti pandemi ini, seni menjadi salah satu dasar untuk menyatukan berbagai orang dan menyebarkan harapan seperti dengan cover Imagine oleh seniman Hollywood. Bisa dikatakan bahwa esensi seni bukan berkumpul secara langsung, tetapi apa yang dikaryakan dan diceritakan. Namun perlu diingat lagi bahwa tidak semua komunitas seni dapat beradaptasi semudah Kios Ojo Keos. Banyak komunitas lain yang masih harus berjuang agar bisnis mereka dapat tetap berjalan dalam kondisi PSBB ini.

Beberapa cara untuk menunjukkan dukungan kita terhadap komunitas-komunitas yang masih terus berkarya di saat seperti ini adalah dengan berpartisipasi di dalam kegiatan-kegiatan yang masih dilakukan oleh komunitas-komunitas tersebut. Kegiatan-kegiatan ini memang masih diadakan secara online untuk menjaga rasa semangat dan aspirasi untuk para penikmat seni yang tidak dapat berkumpul untuk sementara ini. Sehingga, dengan menonton dan berpartisipasi dalam kegiatan online yang telah diberikan oleh komunitas-komunitas ini tentu akan menunjukkan apresiasi kita kepada komunitas-komunitas tersebut. Dukungan tersebut dapat kita tunjukkan sambil mengingat untuk tetap menaati peraturan selama fase new normal ini. 

Art is not always about pretty things. It’s about who we are, what happened to us, and how our lives are affected,” kata Elizabeth Broun. Meskipun tidak mendapat melakukan aktivitas offline seperti pameran dan konser festival, komunitas seni telah menemukan berbagai cara agar seni bisa bertahan dan hidup melalui karya online tanpa bantuan apapun dari pihak ketiga, seperti pemerintah. Di atas segalanya, sense of belonging dan unity komunitas seni adalah hal-hal yang harus dihormati dan terbukti lebih kuat dari sebelum mulai pandemi, dan itulah hal yang penting untuk kita pelajari dari mereka. 

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *