Pidato Kekalahan, Budaya Baratkah?

Pada 27 Juni 2019, sebulan lebih pascapengumuman hasil Pemilihan Umum 2019, putusan MK perihal perselisihan hasil pemilihan umum dibacakan. Dengan dibacakannya hasil sidang tersebut, pasangan Jokowi-Ma’ruf dinyatakan tetap unggul dari lawannya, pasangan Prabowo-Sandiaga dengan selisih 11 persen suara. Putusan MK yang bersifat final memastikan bahwa Jokowi akan kembali melanjutkan masa kepemimpinannya. Bagaimanakah kubu oposisi menanggapi hal ini?

Dalam menanggapi putusan MK, Prabowo dalam pidatonya menyatakan dirinya menghormati keputusan MK meski sangat kecewa dengan hasil tersebut. Beliau juga meminta seluruh pendukungnya untuk tidak berkecil hati, tetap menjaga perdamaian, dan setia pada konstitusi. Meski demikian, dalam pidato panjangnya itu, tidak sedikit pun ada ucapan selamat kepada pasangan Jokowi-Ma’ruf. Menanggapi hal tersebut, Sandi yang sempat berkata ucapan selamat seperti budaya barat mengucapkan ucapan selamat kepada Jokowi-Ma’ruf melalui akun Instagram-nya. Bernarkah ucapan selamat dalam pidato kekalahan adalah budaya barat?

Secara historis, pidato kekalahan pertama yang disiarkan di televisi adalah milik Jimmy Carter kepada Ronald Reagan dalam pemilihan presiden Amerika Serikat tahun 1980. Setelah pidato tersebut, pemberian pidato kekalahan menjadi tradisi yang sangat penting di negara-negara demokrasi yang sudah matang seperti Amerika Serikat sebagai pertanda transisi damai pemegang kekuasaan. Bahkan umumnya, pemenang dalam pemilihan tersebut akan menunggu pidato kekalahan sebelum menyampaikan pidato kemenangannya.

Paul Corcoran, seorang teoris politik, berkata bahwa setidaknya ada 3 elemen penting dalam pidato kealahan : ucapan selamat terhadap kubu yang menang, imbauan kepada rakyat untuk bersatu, dan imbauan kepada para pendukungnya untuk menerima hasil dan tetap berjuang demi perkara-perkara yang penting. Pidato ini menjadi sangat penting karena dalam pemilihan umum, sentimen masyarakat atas pilihan politiknya sangat besar sehingga hasil yang mengecewakan akan sangat mempengaruhi mereka secara emosional. Oleh karena itu, kandidat yang tidak terpilih harus mampu menunjukkan keikhlasannya untuk menerima hasil tersebut serta mendorong pendukungnya untuk tetap menghormati dan berkontribusi untuk pemerintahan tersebut. Melihat pentingnya pidato kekalahan dalam merawat demokrasi, meski inisiatifnya berawal dari negara-negara barat, Indonesia harus mengadopsi budaya baik ini.

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *