14 Juta Jiwa Tak Kasat Mata

Kesehatan mental itu tidak penting. Kesehatan mental itu boleh dipandang sebelah mata. Kamu itu kurang bersyukur! Kurang doa. Kamu itu ga depresi, kamu hanya sedih.

Mungkin itu beberapa perkataan yang pernah dilontarkan kepada seseorang yang menyandang gangguan mental. Dari kalangan bawah sampai kalangan atas, pelajar, karyawan, mahasiswa, dewasa, bahkan pensiunan, semuanya bisa terjangkit masalah-masalah mental seperti depresi, skizofenia, PTSD (Post Traumatic Stress Disorder), dan sebagainya. Tercatat dari data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, dikombinasi dengan Data Rutin dari Pusdatin dengan waktu yang disesuaikan, prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia, adalah 1,7 per 1.000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Data di atas adalah data yang kebanyakan dipakai dalam artikel kesehatan mental. Hal tersebut membuktikan bahwa jumlah penderita itu banyak dan harus ada perubahan. Sebab, angka 14 juta adalah angka yang besar. Secara global tahun 2016, saat ini Indonesia bahkan ada di urutanke-4 dalam daftar negara-negara dengan tingkat depresi paling tinggi di dunia dan di urutan ke-6 dalam hal gangguan kesehatan mental dan kejiwaan secara keseluruhan.

Ada yang timpang dalam masalah ini. Dari 14 juta kasus, dengan penduduk sekitar 250 juta jiwa, Indonesia baru memiliki sekitar 451 psikolog klinis (0,15 per 100.000 penduduk), 773 psikiater (0,32 per 100.000 orang), dan perawat jiwa 6.500 orang (2 per 100.000 orang). Sementara WHO menetapkan standar jumlah tenaga psikolog dan psikiater dengan jumlah penduduk adalah 1:30 ribu orang, atau 0,03 per 100.000 orang.Hal tersebut diperburuk dengan stigma yang ada di masyarakat. Gila, sinting, kurang iman, kerasukan jin jahat, masih banyak lagi sebutan tidak pantas untuk orang-orang yang malang ini. Penanganannya pun kadang salah. Masih banyak yang menyepelekan depresi, masih banyak yang memasung orang bergangguan mental, masih banyak yang menjauhi orang berdan masih banyak lagi.

Sebab, kesehatan mental itu tidak penting. Kesehatan mental itu boleh dipandang sebelah mata. Kamu itu harusnya banyak bersyukur! banyak doa. Karena itulah yang ada dalam stigma masyarakat terhadap mereka yang malang.

Sekarang, siapkah kita untuk melakukan perubahan?

Recommended Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *